Ini Lho Isi Sebenarnya Jeroan Lumpur Lapindo

Foto: Infografis/ Lumpur Lapindo

Jakarta, Lokasi semburan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur disebut-sebut memiliki kandungan berbagai mineral langka, dan bagaikan sebuah 'harta karun' bagi Indonesia.

Berdasarkan keterangan Tim Humas Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), salah satu kandungan langka yang ada di lumpur Lapindo adalah mineral-mineral yang termasuk kategori Mineral Kritis (CRM), yaitu Litium (Li) dan Stronsium (Sr).

Selain itu, lokasi semburan lumpur Lapindo juga bisa dimanfaatkan untuk bahan baku tembikar, bodi keramik, bata, dan genteng.
"Kandungan Litium di lumpur Lapindo memiliki kadar 99,26-280,46 ppm, dan Stronsium dengan kadar 255,44 - 650,49 ppm. Potensi Mineral Ekonomis masih dalam tahap penyelidikan umum sehingga data belum akurat karena secara umum masih menggunakan hasil penyelidikan tahap awal yang belum rinci dan terbatas pada kedalaman dangkal," tulis keterangan resmi Tim Humas Badan Geologi dikutip Minggu (23/1/2022).

Penyelidikan terkait 'harta karun' di lumpur Lapindo sudah dilakukan Badan Geologi Kementerian ESDM sejak 2020. Kemudian, pada 2021 Badan Geologi mulai mengkaji secara detail temuan mineral super langka di sana.

Hasil penyelidikan awal kandungan lumpur Lapindo akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan target area untuk penyelidikan potensi lanjutan. Nantinya, studi karakterisasi dan ekstraksi Litium serta Stronsium di lumpur Lapindo akan dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Puslitbang tekMIRA), sebuah unit kerja di bawah Kementerian ESDM.

"Dari hasil analisis Lab, kadar LTJ cukup rendah, dengan kadar tertinggi pada unsur Cerium (Ce).Selain pertimbangan keekonomian yaitu pemanfaatan Lumpur Sidoarjo sebagai potensi mineral ekonomis, penanganan/pengelolaan lumpur juga untuk meminimalisir risiko keberadaannya (hazard to resources)," ujarnya.

Temuan Litium dan Stronsium pada lokasi lumpur Lapindo baru berasal dari area tertentu. Kawasan yang menjadi sumber temuan ini memiliki kedalaman 5 meter. Bukan tidak mungkin, temuan lanjutan terkait 'harta karun' di bawah lumpur Lapindo akan bertambah nantinya.
"Perlu dilakukan penyelidikan yang lebih terperinci untuk mendapatkan data yang lebih detail dan pasti terkait jumlah sumber daya Litium dan Stronsium pada kandungan lumpur Sidoarjo," ujarnya.

Seperti diketahui, logam tanah jarang berfungsi sebagai bahan baku energi dalam pembuatan baterai dalam hal ini bisa sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik. Bahkan, mineral tanah jarang juga bisa menjadi bahan baku pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Berdasarkan data survei Badan Geologi Kementerian ESDM 2009 - 2020, logam tanah jarang terdapat di Tapanuli, Sumatera Utara sekitar 20.000 ton. Lalu, di Bangka Belitung ada mineral monasit yang mengandung logam tanah jarang, dan monasit ini dijumpai bersama endapan timah dengan sumber daya sekitar 186.000 ton.

Kemudian, di Kalimantan, ada kajian di Kalimantan Barat potensi logam tanah jarang dalam bentuk laterit 219 ton dan Sulawesi 443 ton. Kementerian ESDM membuka peluang investasi untuk menggarap eksplorasi logam tanah jarang ini, khususnya pada sektor teknologi untuk memproses perolehan eksplorasi.


#GresikBaik
#infogresik
#Gusfik

Posting Komentar

0 Komentar