Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad
Jakarta, Berdasarkan Global Palladium Fund, defisit nikel pada tahun 2021 terjadi karena pandemi COVID-19 yang memukul produksi Indonesia. Diperkirakan defisit mencapai 150 kt juga turut mendongkrak harga nikel hingga 20,1% tahun ini.
Defisit yang terjadi tahun 2021 diperkirakan akan berbalik menjadi surplus seiring pulihnya produksi nikel Indonesia. Global Palladium Fund mengatakan surplus nikel global sebesar 59 kilo ton (kt) pada tahun 2022. Surplus terdorong dari nikel tingkat rendah berjenis nickel pig iron (NPI) dan produksi dari Indonesia.
Prospek surplus pasokan pada tahun 2021 akan menguntungkan bagi produsen baja tahan karat (stainless steel) dan produsen baterai kendaraan listrik karena melimpahnya bahan baku untuk produksi.
Semua tergantung pada kemampuan Indonesia dalam meningkatkan kapasitas produksinya untuk memenuhi permintaan nikel yang kuat. Mengacu data Statista, Indonesia adalah produsen tambang nikel terbesar di dunia dengan produksi 760.000 metrik ton (mt) pada tahun 2020.
Australian Department of Industry, Science, Energy and Resources (DISER) dalam laporannya mengatakan konsumsi produk jadi nikel global diperkirakan akan mencapai 2,9 juta metric ton (mt) pada tahun 2022.
DISER melihat industri kendaraan listrik (EV) sedang booming dan industri baterai akan menjadi motor penggerak utama pertumbuhan konsumsi nikel di masa depan. Permintaan nikel diperkirakan akan cenderung lebih tinggi karena penerapan langkah-langkah dekarbonisasi yang berkelanjutan. Prospek permintaan yang tinggi dari EV turut mendongkrak harga nikel dalam sesi perdagangan kemarin.
Pada Rabu (22/12/2021) harga nikel dunia ditutup di US$ 19.951/ton, naik 1,71% dibandingkan harga penutupan hari sebelumnya.
Sumber: Investing.com
#infogresik
#Gusfik
0 Komentar