Perekonomian global dalam beberapa tahun ke depan diprediksi akan menjadi milik China. Menurut proyeksi International Monetary Fund (IMF), Negeri Tirai Bambu bakal menjadi high income country pada 2025, dan meningkatkan nominal produk domestik bruto (PDB) menjadi dua kali lipat di 2035.
"Apabila China bisa mewujudkan target ini, tentunya China akan berpeluang besar menjadi ekonomi terbesar dunia," kata Executive Analyst Bank Indonesia perwakilan di Beijing, Firman Hidayat secara virtual, Rabu (24/11).
Firman memandang, Indonesia dan negara di Asia Tenggara akan menjadi poin kunci bagi China dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Itu tertuang lewat kerja sama perdagangan dan investasi yang terjalin melalui skema Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
"Tiongkok sudah bergabung dalam RCEP yang akan aktif berimplementasi awal tahun depan. RCEP adalah free trade area yang terbesar di dunia. Total kontribusinya mencapai 30 persen dari total PDB dunia," ungkapnya.
Lewat kerja sama itu, China akan memperkuat hubungan perdagangan dan investasi di Indonesia serta Asia Tenggara, baik melalui RCEP maupun kerjasama Asean-China FDI (Foreign Direct Investment).
"Bayangkan, China juga sudah memiliki kerjasama dengan Asean yang total persentase PDB-nya kalau digabung dengan itu mencapai sekitar 20 persen," ujar Firman.
Kerja sama RCEP dipercaya bakal memberikan benefit bagi negara-negara anggotanya. Masing-masing negara akan memperoleh benefit pertumbuhan ekonomi sekitar 0,2 persen, dan ada penambahan sekitar USD 180 miliar.
"Intinya, seluruh anggota RCEP akan memperoleh benefit sebagian besar, tentunya melalui investasi dan perdagangan yang lebih kuat. Key point dari RCEP adalah rule of origin. Ketentuan ini bisa dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memperkuat peran Indonesia dalam regional supply chain," tandasnya.
Merdeka
0 Komentar